http://www.trobos.com/show_article.php?rid=10&aid=2567
Tren penurunan harga ayam dan telur terus terjadi di sejumlah daerah. Keada ini diperparah dengan naiknya harga pakan secara bertahap. Djody Hario Seno, peternak broiler (ayam pedaging) asal Bekasi ketika dihubungi TROBOS (25/10) lalu, menginformasikan harga broiler jatuh di kisaran harga Rp 12.000 – Rp 12.500/kg dan itu terjadi mulai 21 Oktober yang sebelumnya di harga Rp 13.000 – Rp 16.000/kg. Untuk titik impas (BEP) sekarang pada kisaran harga Rp 12.000 - Rp 13.000/kg, tergantung kondisi di kandang. “Apalagi keadaan cuaca ekstrim, cukup mempengaruhi juga,” ucapnya.
Ia menilai, daya beli konsumen yang melemah menjadi penyebabnya. “Konsumen pada umumnya keuangnya mulai menipis setelah lebaran,” ungkapnya. Ditambah, lanjutnya, ada kemungkinan over supply (berlebih) pasokan broiler dari sejumlah peternakan sementara permintaan pasar cender
ung stabil. Djody mengakui, tren penurunan harga setelah pasca lebaran ini sudah terjadi 4 tahun belakangan.
Djody menambahkan, kian menipisnya keuntungan para peternak diperparah dengan naiknya harga pakan secara bertahap. Akhir September lalu pakan harganya naik Rp 100/kg. “Mulai pertengahan Oktober sudah naik lagi Rp 200/kg menjadi Rp 5.200/kg,” imbuh Djody. Menurutnya pabrik pakan dengan kenaikan ini adalah klasik, yaitu karena kenaikan harga jagung yang disebabkan kegagalan panen petani jagung.
Sementara kondisi yang tidak jauh berbeda dialami H Muh Yusuf peternak broiler dan layer (ayam petelur) dari Makassar Sulawesi Selatan (Sulsel). Harga broiler fluktuatif pada kisaran Rp 14.000 – Rp 17.000/kg. Fluktuasi tersebut cenderung turun seperti sekarang pada (25/10) harga broiler Rp 16.000/kg yang sebelumnya Rp 17.000/kg dengan BEP Rp 12.500 – Rp 13.000/kg. “Baru terjadi dua hari ini, padahal seharusnya naik,” katanya.
Ia berpendapat, ini terjadi karena tidak ada kekompakan diantara para peternak, sehingga mudah dipermainkannya harga oleh orang yang tidak bertanggung jawab. “Maka harga yang sebelumnya bisa dikontrol, sekarang sudah susah,” jelasnya. Terkait dengan harga pakan, Yusuf menginformasikan sudah naik Rp 200/kg, yang sebelumnya Rp 4.800 menjadi Rp 5.000/kg. Ini terjadi karena cuaca ekstrim sehingga beberapa daerah ladang jagung di Sulsel banyak mengalami panen gagal.
Sedikit berbeda dengan Djody dan Yusuf, Danu peternak broiler asal Bangka, Provinsi Bangka Belitung, harga broiler sedikit naik di Rp 17.000/kg yang sebelumnya Rp 15.500 – Rp 16.000 /kg dengan BEP Rp 14.000. “Kondisi ini baru terjadi tiga hari yang lalu (24/10),” katanya. Ia menjelaskan keadaan ini terjadi karena kurangnya stok broiler di pasaran, sementara untuk permintaan biasa-biasa saja.
Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Edisi Nopember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar